Selasa, 03 April 2018

Transformasi KRL


https://www.ladepeche.fr


         "Tidak manusiawi", mungkin ini adalah salah satu kata yang dapat menggambarkan KRL pada jaman dulu (1976-2013). Bukan hanya manusia, ayam pun juga masuk ke dalam kereta. Kereta ekonomi pada saat itu bagaikan pasar bergerak. Pedagang bebas masuk kedalam kereta menjajakan dagangnya dan juga masih banyak pengemis. Tidak sampai disitu, penumpangpun banyak yang "bandel". Mereka pikir mereka adalah ninja yang bisa manjat sana sini. Jika pembaca ada yang pernah melihat langsung kejadian seperti ini, sangat disayangkan bukan? Jenis penumpang seperti itu sangat menganggu, mereka dapat membahayakan orang lain bahkan diri mereka sendiri (sepertinya mereka tidak sayang pada diri sendiri ya). Karena banyak penumpang yang naik keatas gerbong kereta, dari pihak PT KAI pun melakukan beberapa cara agar tidak ada penumpang yang nekat naik ke atas gerbong kereta lagi. Mulai dari memberikan pagar kawat pada atap peron, semprot cat, dll. 

http://akumassa.org



          Fasilitas kereta api maupun stasiun dikatakan sangat tidak layak, terutama kereta ekonomi. Menurut pengalaman penulis sendiri, pernah naik kereta ekonomi jurusan Bogor. Pada saat itu kereta penuh dan sesak. Pedagang meletakan dagangnya ditengah-tengah gerbong sehingga sangat sulit untuk penumpang lain jalan. Bukan hanya itu, bahkan pada gerbong yang ada saya, tidak ada pintu nya. Memang 'agak' terasa adem karena angin dari luar, tapi tetap saja takut jatuh juga. Stasiun pun seperti pasar tumpah. Banyak pedagang yang berjualan di peron. Jadi lahan peron untuk penumpang yang ingin naik kereta sangat sedikit.
         Namun 'penampakan' seperti itu sekarang sudah hilang. Sejak  PT KAI Commuter Jabodetabek pada tanggal 19 September 2017 telah berganti nama menjadi PT Kereta Commuter Indonesia adalah salah satu anak perusahaan di lingkungan PT Kereta Api Indonesia (Persero) yang mengelola KA Commuter Jabodetabek dan sekitarnya. KCJ dibentuk sesuai dengan Inpres No. 5 tahun 2008 dan Surat Menteri Negara BUMN No. S-653/MBU/2008 tanggal 12 Agustus 2008. Perubahan nama menjadi KCI tertuang dalam risalah Rapat Umum Pemegang Saham pada tanggal 7 September 2017 yang juga telah mendapat Persetujuan Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia atas Perubahan Anggaran Dasar Perseroan Terbatas dengan Nomor Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No.AHU-0019228.AH.01.02.Tahun 2017 tanggal 19 September 2017. 
         KCI memulai modernisasi angkutan KRL pada tahun 2011 dengan menyederhanakan rute yang ada menjadi lima rute utama, penghapusan KRL ekspres, penerapan kereta khusus wanita, dan mengubah nama KRL ekonomi-AC menjadi kereta Commuter Line. Proyek ini dilanjutkan dengan renovasi, penataan ulang, dan sterilisasi sarana dan prasarana termasuk jalur kereta dan stasiun kereta yang dilakukan bersama PT KAI (persero) dan Pemerintah. Berikut ini beberapa analisa Transformasi dari KRL:

Dapat kita lihat bahwa kereta KRL sekarang lebih 'manusiawi' seperti gerbong kereta yang memakai AC erta tempat duduk yang rapih dan bagus menjadikan gerbong kereta terasa lebih nyaman. 

http://news.lewatmana.com

Juga terdapat tempat duduk prioritas. Tempat duduk ini untuk orang tua, penyandang disabilitas, ibu hamil, dan ibu membawa anak. Namun masih terdapat beberapa penumpang yang melanggar aturan untuk tempat duduk prioritas.
https://www.kaskus.co.id

Terdapat gerbong khusus untuk wanita dimana pada tahun kurang dari 2010 tidak ada gerbong ini.
http://annida-online.com


      Dengan semakin membaiknya fasilitas KRL, sebagaian masyarakat banyak yang menggunakan transportasi massal ini. Seperti dilansir news.detik.com sepanjang 2017 jumlah penumpang kereta KRL yaitu sebanyak 315,8 juta penumpang, angka ini lebih besar dibandingan tahun 2016 yaitu sebanyak 280 juta penumpang. Namun dengan semakin banyaknya animo masyarakat untuk menggunakan kereta KRL, maka gerbong kereta api juga harus ditambah. Karena seperti pada jam sibuk yaitu pagi dan sore (jam kerja) KRL masih penuh sesak karena banyak yang naik kereta KRL. Ini adalah tantangan untuk pihak PT KAI agar menambah jumlah kereta atau gerbong kereta agar dapat menampung penumpang, sehingga gerbong tidak begitu sesak. Gerbong KRL yang penuh dapat dimanfaatkan oleh penumpang yang tidak bertanggung jawab, seperti melakukan aksi kriminal. Maka dari itu pengamanan didalam gerbong kereta juga harus ditingkatkan. Kemudian gerbong yang penuh dan sedikit jumlahnya menyebabkan penumpang berebut untuk naik kedalam kereta. Dan dapat dilihat bahwa penumpang jadi bersikap egois dan tidak memikirkan orang lain, contohnya seperti tidak membiarkan penumpang yang ingin turun kereta tidak diberi jalan atau dihalangi oleh penumpang yang ingin cepat-cepat naik kereta.
Sebaik-baik nya fasilitas menjadi tidak akan baik jika pemakainya tidak menggunakannya sesuai aturan!!


Source:
http://www.krl.co.id/
https://news.detik.com/berita/d-3798708/3158-juta-penumpang-naik-krl-commuter-line-sepanjang-2017
Continue Reading...

*

*

Selasa, 03 April 2018

Transformasi KRL


https://www.ladepeche.fr


         "Tidak manusiawi", mungkin ini adalah salah satu kata yang dapat menggambarkan KRL pada jaman dulu (1976-2013). Bukan hanya manusia, ayam pun juga masuk ke dalam kereta. Kereta ekonomi pada saat itu bagaikan pasar bergerak. Pedagang bebas masuk kedalam kereta menjajakan dagangnya dan juga masih banyak pengemis. Tidak sampai disitu, penumpangpun banyak yang "bandel". Mereka pikir mereka adalah ninja yang bisa manjat sana sini. Jika pembaca ada yang pernah melihat langsung kejadian seperti ini, sangat disayangkan bukan? Jenis penumpang seperti itu sangat menganggu, mereka dapat membahayakan orang lain bahkan diri mereka sendiri (sepertinya mereka tidak sayang pada diri sendiri ya). Karena banyak penumpang yang naik keatas gerbong kereta, dari pihak PT KAI pun melakukan beberapa cara agar tidak ada penumpang yang nekat naik ke atas gerbong kereta lagi. Mulai dari memberikan pagar kawat pada atap peron, semprot cat, dll. 

http://akumassa.org



          Fasilitas kereta api maupun stasiun dikatakan sangat tidak layak, terutama kereta ekonomi. Menurut pengalaman penulis sendiri, pernah naik kereta ekonomi jurusan Bogor. Pada saat itu kereta penuh dan sesak. Pedagang meletakan dagangnya ditengah-tengah gerbong sehingga sangat sulit untuk penumpang lain jalan. Bukan hanya itu, bahkan pada gerbong yang ada saya, tidak ada pintu nya. Memang 'agak' terasa adem karena angin dari luar, tapi tetap saja takut jatuh juga. Stasiun pun seperti pasar tumpah. Banyak pedagang yang berjualan di peron. Jadi lahan peron untuk penumpang yang ingin naik kereta sangat sedikit.
         Namun 'penampakan' seperti itu sekarang sudah hilang. Sejak  PT KAI Commuter Jabodetabek pada tanggal 19 September 2017 telah berganti nama menjadi PT Kereta Commuter Indonesia adalah salah satu anak perusahaan di lingkungan PT Kereta Api Indonesia (Persero) yang mengelola KA Commuter Jabodetabek dan sekitarnya. KCJ dibentuk sesuai dengan Inpres No. 5 tahun 2008 dan Surat Menteri Negara BUMN No. S-653/MBU/2008 tanggal 12 Agustus 2008. Perubahan nama menjadi KCI tertuang dalam risalah Rapat Umum Pemegang Saham pada tanggal 7 September 2017 yang juga telah mendapat Persetujuan Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia atas Perubahan Anggaran Dasar Perseroan Terbatas dengan Nomor Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No.AHU-0019228.AH.01.02.Tahun 2017 tanggal 19 September 2017. 
         KCI memulai modernisasi angkutan KRL pada tahun 2011 dengan menyederhanakan rute yang ada menjadi lima rute utama, penghapusan KRL ekspres, penerapan kereta khusus wanita, dan mengubah nama KRL ekonomi-AC menjadi kereta Commuter Line. Proyek ini dilanjutkan dengan renovasi, penataan ulang, dan sterilisasi sarana dan prasarana termasuk jalur kereta dan stasiun kereta yang dilakukan bersama PT KAI (persero) dan Pemerintah. Berikut ini beberapa analisa Transformasi dari KRL:

Dapat kita lihat bahwa kereta KRL sekarang lebih 'manusiawi' seperti gerbong kereta yang memakai AC erta tempat duduk yang rapih dan bagus menjadikan gerbong kereta terasa lebih nyaman. 

http://news.lewatmana.com

Juga terdapat tempat duduk prioritas. Tempat duduk ini untuk orang tua, penyandang disabilitas, ibu hamil, dan ibu membawa anak. Namun masih terdapat beberapa penumpang yang melanggar aturan untuk tempat duduk prioritas.
https://www.kaskus.co.id

Terdapat gerbong khusus untuk wanita dimana pada tahun kurang dari 2010 tidak ada gerbong ini.
http://annida-online.com


      Dengan semakin membaiknya fasilitas KRL, sebagaian masyarakat banyak yang menggunakan transportasi massal ini. Seperti dilansir news.detik.com sepanjang 2017 jumlah penumpang kereta KRL yaitu sebanyak 315,8 juta penumpang, angka ini lebih besar dibandingan tahun 2016 yaitu sebanyak 280 juta penumpang. Namun dengan semakin banyaknya animo masyarakat untuk menggunakan kereta KRL, maka gerbong kereta api juga harus ditambah. Karena seperti pada jam sibuk yaitu pagi dan sore (jam kerja) KRL masih penuh sesak karena banyak yang naik kereta KRL. Ini adalah tantangan untuk pihak PT KAI agar menambah jumlah kereta atau gerbong kereta agar dapat menampung penumpang, sehingga gerbong tidak begitu sesak. Gerbong KRL yang penuh dapat dimanfaatkan oleh penumpang yang tidak bertanggung jawab, seperti melakukan aksi kriminal. Maka dari itu pengamanan didalam gerbong kereta juga harus ditingkatkan. Kemudian gerbong yang penuh dan sedikit jumlahnya menyebabkan penumpang berebut untuk naik kedalam kereta. Dan dapat dilihat bahwa penumpang jadi bersikap egois dan tidak memikirkan orang lain, contohnya seperti tidak membiarkan penumpang yang ingin turun kereta tidak diberi jalan atau dihalangi oleh penumpang yang ingin cepat-cepat naik kereta.
Sebaik-baik nya fasilitas menjadi tidak akan baik jika pemakainya tidak menggunakannya sesuai aturan!!


Source:
http://www.krl.co.id/
https://news.detik.com/berita/d-3798708/3158-juta-penumpang-naik-krl-commuter-line-sepanjang-2017

Blogroll

About